12 April 2012

MENGAPA TIDAK BOLEH MENIUP ATAU HEMBUSKAN NAFAS DLM MAKANAN ATAU MINUMAN..

Seringkali kita melihat, seorang Ibu ketika menyuapi anaknya makanan yang masih panas, dia meniup makanannya lalu disuapkan ke anaknya. Bukan cuma itu, bahkan orang dewasa pun ketika minum teh atau kopi panas, sering kita lihat, dia meniup minuman panas itu lalu meminumnya. Benarkan cara demikian?

Cara demikian tidaklah dibenarkan dalam Islam, kita dilarang meniup makanan atau minuman.
Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya”. (HR. At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Awalnya saya tidak mengetahui hikmahnya, bagi saya peribadi, ketika datang hadits pada saya mengenai suatu hal, maka semampunya cuba saya lakukan, walaupun saya belum tahu hikmahnya, dan sebenarnya memang tidak harus tahu.

Begitu juga ketika saya pertama kali mendengar hadits ini, saya hanya berusaha mengamalkan saja, bahawa kita dilarang meniup makanan atau minuman,itu juga yang saya lakukan kepada diri saya sendiri.


Dan alhamdulillah ketika tadi cuba browse ke internet, ternyata dari salah satu milis kimia di Indonesia, ada yang menjelaskan secara teori bahawa : apabila kita hembus nafas pada minuman, kita akan mengeluarkan CO2 yaitu carbon dioxide, yang apabila bercampur dengan air H20, akan menjadi H2CO3, iaitu sama dengan cuka, menyebabkan minuman itu menjadi acidic. dan saya ingat juga bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh kita ketika minum seteguk demi seteguk, jangan langsung satu gelas sambil bernapas di dalam gelas, hal ini juga dilarang, ternyata saya baru tahu sekarang hikmahnya, bahwa ketika kita minum langsung banyak, maka ada kemungkinan kita akan bernafas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas.


Ulasan yang saya sampaikan, mungkin bukan hikmah keseluruhan, kerana Ilmu Allah tentu lebih luas dari ilmu manusia, bisa jadi itu adalah salah satu hikmah dari puluhan hikmah lainnya yang belum terungkap oleh manusia.

Kewajiban kita hanyalah mendengar dan menta’atiNya Perkara hikmah apa yang ada dalam larangan itu, urusan belakangan. Yang penting kita sudah mencuba mentaatiNya....

No comments:

Post a Comment